Established Discipline Is A Form of Active Peace

WhatsApp Image 2021-10-14 at 2.56.14 PM.jpeg

Rizka Amanda, S. Psi Jakarta, 20 Sep. 21

Established Discipline Is a Form of Active Peace

Disiplin. Pertama kalinya untuk saya memaknai disiplin adalah melalui media baris-berbaris. Tumbuh dan berkembang di dalam Pasukan Pengibar Bendera dari mulai Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Pertama menjadikan patuh dan taat aturan adalah makna pertama yang saya pahami dari kata disiplin. Mampu untuk tunduk dan patuh kepada angkatan pasukan pengibar di atas saya, saya maknai sebagai bentuk solid dari disiplin. Yang kemudian tanpa sadar, rasa takut, cemas, dan khawatir adalah tiga faktor eksternal yang membuat saya secara prematur melahirkan “disiplin” dari dalam diri saya. Lantas sudah tepatkah? Atau ada perspektif lain yang perlu ditambahkan?

Menurut KBBI arti dari kata disiplin /di·sip·lin/ adalah 1. tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dan sebagainya); 2. Ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya). Menurut Björn Hammarfelt (2018) “To be disciplined is to follow instructions, and to be obedient to an authority. Discipline is commonly used in contexts where a distinct chain of authority exists, such as the church or the military”. Menurut John Dewey dalam Diksha Kashyap (2011) “the meaning of discipline is to prepare children for life in democratic society, to provide help to man in achieving knowledge, strength, habits, interest and ideas which are envisaged for the up-gradation of self, his companies and whole of the society”. Sementara Maria Montessori meyakini bahwa “discipline must come through liberty”. Dari beberapa definisi yang ada tentang disiplin maka dapat disimpulkan bahwa disiplin tidak hanya tentang faktor eksternal yakni kepatuhan dan peraturan, melainkan juga tentang faktor internal yakin kebebasan yang menjadi salah satu gerbang yang perlu dibuka menuju kedisiplinan yang utuh dari dalam diri.

Rasa cemas, takut, dan khawatir tanpa sadar saya jadikan asupan dalam diri saya untuk membentuk rasa disiplin. Khawatir kalau-kalau ada konsekuensi tertentu yang harus dijalani jika tidak patuh. Ketika hukuman terbiasa dijadikan senjata untuk membangun rasa disiplin yang ada dalam diri saya perlahan menghilangkan active peace yang harusnya muncul beriringan dengan perilaku disiplin. Ketika disiplin lahir dari rasa takut, maka menuju active peace bukanlah lagi ada di jalur yang sama. Disipin menjadi sebuah tuntutan bukan kesadaran. Yang muncul adalah keterpakasaan yang tidak nyaman. Saya terbiasa menjadi pribadi yang keras. Keras dalam hal menyalahkan diri sendiri dalam setiap episode-episode kegagalan yang ada dalam hidup saya. Saya adalah orang pertama yang akan saya

salahkan ketika ada batu kerikil yang menghalangi. Active peace semakin sulit dan terasa mustahil untuk diraih.

Disiplin yang lahir karena rasa cemas, takut, dan khawatir membuat saya tidak terbiasa mendengarkan apa yang saya rasakan baik secara fisik, emosi, maupun mental. Membuat saya terbiasa abai dengan apa yang tubuh saya rasakan. Abai kalau ternyata baik mental dan fisik saya sedang tidak baik-baik saja. Abai karena saya sibuk menyalahkan diri saya sendiri. Abai bahwa ternyata saya tidak pernah mencintai diri saya sendiri hingga memutuskan bahwa membuat luka nyata di tubuh saya adalah bentuk kompensasi yang tepat.

Maria Montessori mengatakan bahwa “discipline must come through liberty”. Ketika anak diberikan kesempatan untuk bebas memilih dan merasakan. Ketika anak diberikan kesempatan untuk merasakan bagaimana tidak nyamannya mengahadapi resiko dan konsekuensi tanpa jalur hukuman, secara perlahan memberikan kesempatan untuk anak mengembangkan self-discipline nya sendiri. Tanpa perlu mengincar pujian atau khawatir akan hukuman. Perlahan anak akan menemukan active peace nya sendiri seiring berjalannya waktu.

“This is the period in which discipline becomes established: a form of active peace, of obedience and love, when work is perfected and multiplied, just as when the flowers in the spring get their colours and prepare a distant harvest of sweet and nourishing fruit." – Maria Montessori

“Loving myself might be harder than loving someone else. Let’s admit it, the standards I made is more strict for myself. The thick tree rings in your life it’s part of you, it’s you. So, let’s forgive yourself now. Our lives are long, trust yourself when in a maze. When winter passes, spring always comes.” – BTS MinYoongi

Related Articles:

https://kbbi.web.id/disiplin

https://www.diva-portal.org/smash/get/diva2:1248151/FULLTEXT01.pdf

https://www.yourarticlelibrary.com/essay/discipline/essay-on-discipline-definition-concept- components-and-principles/63727https://www.yourarticlelibrary.com/essay/discipline/essay-on- discipline-definition-concept-components-and-principles/63727

Previous
Previous

Reflection on: Freedom Within Limits

Next
Next

Freedom With Limitation