The Absorbent Mind

By : MG Virdina J (Ms J) 



“Kenapa begini? Memang kenapa kalau begitu? Kenapa?”

Sebelum berkenalan dengan The Absorbent Mind, yang ada di benak saya adalah anak-anak kecil mempunyai keingintahuan yang besar, karena ada kalanya mereka tidak berhenti bertanya “kenapa?” akan sesuatu. 

Montessori menciptakan “The Absorbent Mind" untuk menggambarkan enam tahun pertama kehidupan ketika anak memiliki kapasitas belajar yang tak tertandingi. Selama periode ini anak belajar dengan mudah melalui interaksi sederhana di lingkungan. Pada usia sekitar enam sampai tujuh tahun, The Absorbent Mind memudar dan digantikan oleh pikiran penalaran, pikiran yang kita gunakan sebagai orang dewasa untuk hidup dan belajar. Sumber :  ageofmontessori.org (diterjemahkan)

Anak-anak (terutama di kelompok usia 0 sampai 6 tahun) diibaratkan seperti spons, mereka menyerap semua yang ada disekeliling mereka seperti halnya spons menyerap air, dan begitulah pula cara pikiran mereka bekerja selama periode 6 tahun pertama kehidupan mereka, baik secara tidak mereka sadari pada usia 0-3 tahun dan juga yang mereka sadari di usia 3-6 tahun. Tidak terkecuali, setiap anak pasti mempunyai “the absorbent mind” ini, dan ternyata mereka mengumpulkan info-info yang mungkin mereka perlukan dari sekeliling mereka dan lingkungan sekitar, salah satunya dengan bertanya “kenapa?”.

Dengan fakta tersebut juga itulah mengapa kita sebagai orang dewasa, sebaiknya tidak betutur kata atau berlaku yang kurang sesuai di hadapan anak-anak, terutama di kelompok usia tahap 1/unconscious mind (0-3 tahun), dimana mereka menyerap semua apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan secara utuh, tanpa mereka sadari. Berbeda halnya dengan kelompok usia tahap 2/conscious mind (3-6 tahun) dimana mereka sudah lebih mampu menyaring dan memilih mana yang mereka amati dan masukan kedalam wawasan mereka. But still,, Always mind our speech and behaviour in front of young children. 

Sekedar sharing tentang adik sepupu saya waktu masih kecil, sebut saja H, H lahir dan dibesarkan di Jakarta, sementara om dan tante saya berasal dari Cirebon, mereka lahir dan juga dibesarkan di Cirebon, maka tentu saja mereka sangat akrab dengan Bahasa Cirebon. Meski tidak selalu, namun dalam keseharian mereka menyelipkan bahasa/logat/dialek Cirebon sewaktu berkomunikasi. Suatu hari, saya kurang ingat tepatnya usia berapa H saat dia mengejutkan kami semua dengan berkata “temu-temu”. Temu-temu adalah Bahasa Cirebon yang artinya adalah tiba-tiba. Tidak pernah ada yang mengajarkan H menggunakan Bahasa Cirebon. Dan semua masuk akal sekarang bahwa ternyata H mengamati, mendengar, memperhatikan bagaimana orang tuanya berkomunikasi dalam bahasa/dialek Cirebon. 

"The child has a mind able to absorb knowledge. He has the power to teach himself." - Maria Montessori, The Absorbent Mind.



Previous
Previous

The Absorbent Mind

Next
Next

The Absorbent Mind